Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena kesakitan dan kematian-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik (kemenkes, 2011). Angka kematian dan kesakitan akibat diare paling tinggi terjadi pada anak balita (Kemenkes 2007).
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1. 213 orang dan kematian 30 orang (Kemenkes, 2015).
Melihat kejadian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare merupakan penyakit yang cukup berbahaya. Oleh karena itu Upaya peningkatan kesehatan Masyarakat perlu terus dilakukan, guna mewujudkan kesejahteraan penduduk yang masih beragam. Namun kendalanya adalah harga obat-obatan sekarang ini adalah cukup mahal dan tidak terjangkau bagi masyarakat di pedesaan yang sebagian besar kondisi ekonominya lemah. Karenanya obat herbal (jamu) merupakan alternatif solusi yang dapat disarankan. Obat-obat herbal tersebut dapat disediakan (berasal) dari tanaman obat yang cukup banyak di lingkungan sekitar.
DIARE
Diare atau mencret didefi nisikan sebagai buang air besar dengan feses tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, disebut sebagai diare akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, digolongkan pada diare kronik. Feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, tenesmus, demam, dan tanda-tanda dehidrasi (Amin, 2015).
Etiologi (Penyebab)
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi enam besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan (Kemenkes, 2007). Pada infeksi bakteri setidaknya ada dua mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasive mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses (Amin, 2015).
Penatalaksanaan Diare
Menurut Amin (2015), penanggulangan diare antara lain
- Penggantian Cairan
Aspek paling penting adalah menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, yang harus dilakukan pada semua pasien, kecuali jika tidak dapat minum atau diare hebat membahayakan jiwa yang memerlukan hidrasi intavena. Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 gram natrium klorida, 2,5 gram natrium bikarbonat, 1,5 gram kalium klorida, dan 20 gram glukosa per liter air.
- Antibiotik
Pemberian antibotik jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi.
- Obat Anti-Diare
Obat-obat anti diare yang biasa digunakan antaralain
Kelompok obat anti-sekresi guna menormalkan sekresi elektrolit, sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan,
DAUN SALAM SEBAGAI ANTIDIARE ALAMI
Sebagai pelengkap bumbu, nama daun salam (Synzygium polyanthum) tidaklan asing bagi masyarakat khususnya para ibu. Seiring Berkembangnya ilmu kesehatan, ternyata daun salam juga bermanfaat menyembuhkan berbagai penyakit.
Menurut waid(2011), Daun salam memiliki berbagai macam kandungan yang sangat berguna bagi kesehatan bila diramu menjadi obat tradisional. Beberapa kandungan tersebut antara lain:
Daun salam memiliki beberapa manfaat, salah satunya sebagai anti-diare. Penelitian yang dilakukan Malik dan Amad (2013) dalam Rizki (2015) menunjukkan kemampuan ekstrak etanol 70% dari daun salam dalam mengatasi diare. Penelitian dilakukan pada mencit dengan induksi minyak jarak menggunakan pendekatan diare akibat peningkatan gerak peristaltik usus (hipermotilitas). Senyawa golongan tanin dan flavonoid bertanggungjawab terhadap efek antidiare daun salam. Senyawa tanin dapat bekerja dengan menurunkan motilitas usus, mengikat protein agar terbentuk masa, dan merusak dinding sel bakteri penyebab diare (Nurhalimah, 2015 dalam Rizki, 2015).
Khasiat daun salam ialah mampu menyembuhkan penyakit diare. Penyakit ini sering juga menyebabkan sakit perut , serta membuat penderitanya sering sekali buang air besar secara tidak normal. Cara menyembuhkan penyakit diare dengan daun salam adalah sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Amin, L. Z. (2015). Tatalaksana Diare Akut. CDK-230/ volume 42 no. 7. Tersedia: http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_230CME-Tatalaksana%20Diare%20Akut.pdf. (Diakses 14 November 2016).
Indah & Darwati (2013). Keajaiban Daun Tumpas Tuntas Penyakit. Surabaya: Tibun Media.
Kemenkes RI (2007). Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1216/MENKES /SK/XI/2001 Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Depkes RI.
Kemenkes RI (2011). Buletin Data dan Informasi Kesehatan: Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Kementrian. Tersedia: http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-diare.pdf. (Diakses 14 November 2016).
Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kemenkes RI. Tersedia: www.depkes.go.id/.../profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf (Diakses 14 November 2016).
Rizki, M. I., & Hariandja, E. M. (2015) Review: Aktivitas Farmakologis, Senyawa Aktif, dan Mekanisme Kerja Daun Salam (Syzygium polyanthum). Padang: Universitas Lambung Mangkurat.
Wahid. Abdul (2011). Dahsyatnya Khasiat Daun-Daun Obat di Sekitar Pekaranganmu. Jogjakata: Laksana.
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1. 213 orang dan kematian 30 orang (Kemenkes, 2015).
Melihat kejadian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare merupakan penyakit yang cukup berbahaya. Oleh karena itu Upaya peningkatan kesehatan Masyarakat perlu terus dilakukan, guna mewujudkan kesejahteraan penduduk yang masih beragam. Namun kendalanya adalah harga obat-obatan sekarang ini adalah cukup mahal dan tidak terjangkau bagi masyarakat di pedesaan yang sebagian besar kondisi ekonominya lemah. Karenanya obat herbal (jamu) merupakan alternatif solusi yang dapat disarankan. Obat-obat herbal tersebut dapat disediakan (berasal) dari tanaman obat yang cukup banyak di lingkungan sekitar.
DIARE
Diare atau mencret didefi nisikan sebagai buang air besar dengan feses tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu, disebut sebagai diare akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, digolongkan pada diare kronik. Feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, tenesmus, demam, dan tanda-tanda dehidrasi (Amin, 2015).
Etiologi (Penyebab)
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi enam besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan (Kemenkes, 2007). Pada infeksi bakteri setidaknya ada dua mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasive mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses (Amin, 2015).
Penatalaksanaan Diare
Menurut Amin (2015), penanggulangan diare antara lain
- Penggantian Cairan
Aspek paling penting adalah menjaga hidrasi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, yang harus dilakukan pada semua pasien, kecuali jika tidak dapat minum atau diare hebat membahayakan jiwa yang memerlukan hidrasi intavena. Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 gram natrium klorida, 2,5 gram natrium bikarbonat, 1,5 gram kalium klorida, dan 20 gram glukosa per liter air.
- Antibiotik
Pemberian antibotik jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi.
- Obat Anti-Diare
Obat-obat anti diare yang biasa digunakan antaralain
Kelompok obat anti-sekresi guna menormalkan sekresi elektrolit, sehingga keseimbangan cairan dapat dikembalikan,
- Kelompok obat Opiat guna menghambat propulsi, peningkatan absorbsi cairan, sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare,
- Kelompok Absorben guna menyerap bahan infeksius atau toksin
- Zat Hidrofilik guna mengurangi frekuensi dan konsistensi feses,
- Probiotik terdiri dari Lactobacillus dan Bifi dobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila meningkat jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Untuk mengurangi/ menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah adekuat.
DAUN SALAM SEBAGAI ANTIDIARE ALAMI
Sebagai pelengkap bumbu, nama daun salam (Synzygium polyanthum) tidaklan asing bagi masyarakat khususnya para ibu. Seiring Berkembangnya ilmu kesehatan, ternyata daun salam juga bermanfaat menyembuhkan berbagai penyakit.
Menurut waid(2011), Daun salam memiliki berbagai macam kandungan yang sangat berguna bagi kesehatan bila diramu menjadi obat tradisional. Beberapa kandungan tersebut antara lain:
- Daun salam kering mengandung minyak esensial sekitar 0,17%, dengan komposisi eugenil dan metil kavikol.
- Daun salam mengandung ekstrak etanol yang berguna sebagai antibakteri dan anti jamur.
- Daun salam mengandung methanol yang merupakan zat anti-cacing
- Daun salam mengandung tannin dan flavonoid
- Daun salam mengandung
Daun salam memiliki beberapa manfaat, salah satunya sebagai anti-diare. Penelitian yang dilakukan Malik dan Amad (2013) dalam Rizki (2015) menunjukkan kemampuan ekstrak etanol 70% dari daun salam dalam mengatasi diare. Penelitian dilakukan pada mencit dengan induksi minyak jarak menggunakan pendekatan diare akibat peningkatan gerak peristaltik usus (hipermotilitas). Senyawa golongan tanin dan flavonoid bertanggungjawab terhadap efek antidiare daun salam. Senyawa tanin dapat bekerja dengan menurunkan motilitas usus, mengikat protein agar terbentuk masa, dan merusak dinding sel bakteri penyebab diare (Nurhalimah, 2015 dalam Rizki, 2015).
Khasiat daun salam ialah mampu menyembuhkan penyakit diare. Penyakit ini sering juga menyebabkan sakit perut , serta membuat penderitanya sering sekali buang air besar secara tidak normal. Cara menyembuhkan penyakit diare dengan daun salam adalah sebagai berikut:
- Siapkan 15 gram daun salam.
- Cucu daun dengan air hangat.
- Rebus dalam 1 gelas air bersih selama 15 menit sampai mendidih.
- Tambah sedikit garam.
- Setelah dingin, saring rebusan.
- Minum air rebusan 3 kali sehari.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, L. Z. (2015). Tatalaksana Diare Akut. CDK-230/ volume 42 no. 7. Tersedia: http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_230CME-Tatalaksana%20Diare%20Akut.pdf. (Diakses 14 November 2016).
Indah & Darwati (2013). Keajaiban Daun Tumpas Tuntas Penyakit. Surabaya: Tibun Media.
Kemenkes RI (2007). Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1216/MENKES /SK/XI/2001 Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Depkes RI.
Kemenkes RI (2011). Buletin Data dan Informasi Kesehatan: Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Kementrian. Tersedia: http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-diare.pdf. (Diakses 14 November 2016).
Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kemenkes RI. Tersedia: www.depkes.go.id/.../profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf (Diakses 14 November 2016).
Rizki, M. I., & Hariandja, E. M. (2015) Review: Aktivitas Farmakologis, Senyawa Aktif, dan Mekanisme Kerja Daun Salam (Syzygium polyanthum). Padang: Universitas Lambung Mangkurat.
Wahid. Abdul (2011). Dahsyatnya Khasiat Daun-Daun Obat di Sekitar Pekaranganmu. Jogjakata: Laksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar